Potensi Produksi Kripik Singkong di Rubaru

LP2M Kamis, 27 Juli 2017 11:41 WIB
4088x ditampilkan Berita

RUBARU-Rabu (26/07), mahasiswa KKN riset Partisipatif 2017 Posko XXIII, Kecamatan Rubaru berkunjung ke salah satu rumah warga yang memproduksi kripik singkong. Rumah warga tersebut bertempat di dusun Temor Sabe. Ada sekitar 4 orang peserta KKN yang mengunjungi tempat produksi, yaitu Kholifah, Usratul Hasanah, Muhimmatus Shalihah dan Luluk Farhatin.

Ibu Sum selaku pemilik produksi kripik singkong mengungkapkan bahwa “pembuatan kripik singkong ini butuh proses yang lama, mulai dari perawatan tanaman, pengupasan, pengirisan, pengukusan dan proses penjemuran sampai kering. Lamanya proses penjemuran kripik singkong tergantung suhu panas setiap harinya. Jika cuaca mendung butuh waktu sehari. Namun jika cuaca panas hanya butuh beberapa jam. Beda halnya ketika musim hujan pengeringan tersebut butuh waktu maksimal dua hari. Ada dua macam kripik singkong yang dijual ke khalayak ramai, yaitu kripik singkong yang sudah digoreng dan kripik singkong kering (red:mentah).”

Namun, ibu Sum menjualnya dalam bentuk mentahnya saja. Beliau mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat menjual dalam bentuk gorengnya sehingga beliau menjual dalam bentuk mentahnya guna menghindari persaingan pasar. Patokan harga yang ditetapkan hanya berkisar Rp. 1.500/Kg. Intinya, harga yang ditetapkan disesuaikan dengan kondisi dan kualitas singkong yang ada.

Usratul Hasanah salah satu anggota KKN yang ikut berkunjung menyayangkan hal ini karena menurutnya harga patokan tidak sesuai dengan proses yang dilaluinya, sehingga butuh inovasi baru guna meningkatkan nilai harga kripik singkong tersebut.

Sebelum kami berpamitan, ibu Sum mengatakan bahwa beliau akan membuat inovasi baru produksi kripik singkong demi terjaganya potensi yang dimiliki oleh desa Rubaru (Kholifah/Posko XXIII Rubaru I)