Urgensi Pendirian SMA di Ambunten Barat

LP2M Rabu, 16 Agustus 2017 10:36 WIB
2376x ditampilkan Berita

AMBUNTEN- Jum’at (11/08), mahasiswi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Riset Partisipatif  INSTIKA posko XLIV mengunjungi rumah Ibu Nurhana dalam rangka silaturrahmi. Ibu Nurhana mengundang kami untuk makan bersama selepas memberangkatkan anaknya mondok ke Pondok Pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (yang sering dikenal dengan nama “Aswaj”) yang terletak di Ambunten Timur. Tepat pada jam 08:00 WIB, pemberangkatan itu dimulai dengan ngaji bersama dan mendoakan anak tersebut agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan barokah. Hal itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar bagi keluarga yang memberangkatkan anaknya untuk mondok.

Iringan mobil dan sepeda turut meninggalkan rumah untuk mengantarkan anak tersebut dan hanya menyisakan beberapa orang yang melayani kami. “Di desa ini tidak ada SMA. Kalau mau sekolah SMA harus ke Ambunten Timur, jadi harus berangkat lebih pagi, dan untuk menghindari kekhawatiran orang tua karena anaknya mengendarai sepeda sendiri ke Ambunten Timur dengan jarak yang cukup jauh, maka sebaiknya dimondokkan saja” tutur siti Satina neneknya.

Desa Ambunten Barat, dengan masyarakat yang cukup banyak yaitu terdiri dari 948 (sembilan ratus empat puluh delapan) kepala keluarga. Dengan desa seluas 4,25 km2  tidak memiliki SMA/ sederajat satupun. Oleh karena itu di desa ini banyak yang melakukan nikah dini selepas SMP bahkan selepas SD.

Maka dari itu, di desa Ambunten Barat penting kiranya mendirikan SMA/ sederajat untuk membantu  para muda-mudi untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan meminimalisir angka putus sekolah dikarenakan nikah dini. (Ambunten –Posko XLIV).